Team The Power Of IT : Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Silahkan Ambil Informasi yang dianggap Anda Penting dan Beritahu kami bila ada sesuatu yang kurang lengkap atau tidak menarik atau kurang Memuaskan (*_*)

Cari

Saturday, January 28, 2012

Beriman kepada malaikat

1. Pengertian Malaikat

Secara bahasa : akar kata malak adalah alk/aluka yang berarti risalah/ pembawa amanat.

Secara istilah : hamba Allah yang mulia yang diberi tugas oleh Allah untuk menyelesaikan atau mengurus segala urusan.

segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al fathir : 1)

2. Penciptaan Malaikat

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan bahwa malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya, sedangkan jin diciptakan dari api.

Malaikat diciptakan terlebih dahulu dari pada manusia .

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.“ (QS. Albaqarah : 30)

3. Jumlah Malaikat

Tentang berapa jumlah pasti malaikat, tidak ada riwayat yang menyebutkan. Namun demikian dari riwayat yang ada dapat kita gambarkan bahwa jumlah malaikat – malaikat Allah itu lebih banyak dari yang kita bayangkan.

164. tiada seorangpun di antara Kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,

165. dan Sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah).

166. dan Sesungguhnya Kami benar-benar bertasbih (kepada Allah).(QS. Asaffat : 164:165)

Dalam sebuah riwayat dari Nabi juga menyatakan yang terjemahnya sebagai berikut :

Tiada sejengkal pun tempat di lagit kecuali ada malaikat yang sedang bersujud atau beribadah kepada Allah

4. Beberapa Hal penting tentang malaikat

  1. Menyembah Tuhan dan cinta kepada orang – orang yang selalu mengingat Allah.
  2. Memulyakan orang – orang yang menuntut ilmu
  3. Menjaga Manusia
  4. Mengawasi dan mencatat perbuatan manusia

Iman tidak cukup hanya dalam ucapan lisan belaka. Keimanan menuntut adanya tanda – tanda atau bukti, termasuk juga iman kepada malaikat diantaranya adalah :

  1. Taat kepada Allah dan Rasul Nya
  2. Tidak mempersekutukan Allah
  3. Mematuhi ajaran yang disampaikan Alqur’an
  4. Melaksanakan segala tuntunan syari’at islam

C. Perilaku orng yang beriman kpd malaikat

  1. Selalu berhati – hati dalam segala macam perbuatan
  2. Selalu berbuat positif
  3. Rajin mempelajari ilmu pengetahuan
  4. Menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia

D. Mncerminkan prlku beriman kpd malaikat dlm hidup sehari -hari

  1. Meneladani sifat – sifat malaikat
  2. Menyadari kehidupan yang selalu berhubungan dengan malaikat

Thursday, January 26, 2012

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

A. Pengertian Qada dan Qadar

Qada dan qadar atau takdir berasal dari bahasa Arab. Qada menurut bahasa Arab berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Qada menurut istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh, makhluk atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.

Dengan kata lain, takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan antara qada dan qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah qada dan qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.

1. Takdir Mubram

Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain sebagai berikut.

a. Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung. Firman Allah swt.


Artinya: "tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS Ali Imran: 185)

b. Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.

c. Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan menurut hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, manusia berbeda kekuatan tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

2. Takdir Muallaq

Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia. Setiap hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS At Ra'd: 11)

RISALAH

Jabariah dan Qadariah adalah dua contoh aliran teologi Islam yang berbeda pendapat dalam menyikapi qada dan gadar. Jabariah berpandangan ­bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah swt. semata. Pandang­an ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh Allah. Sebaliknya gadariah berpandangan bahwa Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Oleh karena itu, apa pun yang diperbuat oleh manusia adalah berkat usaha dan kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di dalamnya. Dengan demikian, manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah di akhirat. Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap aktif dan optimis dalam menjalani kehidupannya.

Berikut merupakan contoh dari takdir muallaq antara lain sebagai berikut. Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. la ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara agar cita-citanya dapat tercapai. la belajar dengan tekun sehingga meraih prestasi tinggi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin belajar sehingga is kembali mendapatkan beasiswa, bahkan ia mendapatkan tawaran pekerjaan dan posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia dapat hidup lebih layak daripada orangtuanya karena is mau mengadakan perubahan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

C. Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal

Takdir sebagaimana telah dijelaskan adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya.

Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti 'memilih'. Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.

Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.

Artinya: “Maka apa bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159)

Takdir, ikhtiar, dan tawakal adalah tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.

Bertawakal bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja. Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah terlaksana. Firman Allah swt.

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An Najm: 39)

Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk ke negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan bahwa di negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular. Khalifah Umar bin Khattab ra. akhirnya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, "Mengapa Anda lari dari takdir Allah?" Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab, "Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula." Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir' itu adalah bahwa mereka memilih meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti akan senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.

Oleh karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, dan tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al Quran dan hadis, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.

D. Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar datam kehidupan Sehari-­hari

Islam itu ajaran yang tinggi (mulia), bersifat universal, sangat sesuai dengan fitrah, suci, indah, sempurna, dan tidak ada ajaran lain yang mampu menandinginya. Salah satu pokok ajarannya ialah keimanan pada qada dan qadar. Setiap muslim dan muslimah wajib beriman bahwa ada qada dan qadar Allah yang beriaku untuk seluruh makhluk-Nya, balk takdir yang menguntungkan dirinya atau sesuai keinginannya maupun sebaliknya. Apa pun kenyataannya, kita harus yakin bahwa di balik setiap takdir yang terjadi pasti mengandung hikmah bagi manusia.

Di antara fungsi beriman pada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.

1. Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran

Allah berfirman bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya sudah diberi ukuran, takaran, sifat, dan undang-undang. Panas matahari tidak mampu membuat air mendidih, tetapi is sangat berguna bagi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan, selain sebagai alat penerang yang mengalahkan cahaya bulan dan lampu. Bumi, langit, dan isinya diciptakan untuk manusia sebagai khalifah. Dengan iman kepada takdir, hendaknya manusia man menyelidiki dan mempelajari alam sehingga mampu memanfaatkannya. Bagaimana mungkin manusia dapat memanfaatkan alam jika tidak mengetahui sifat, ukuran, sebab­akibat, atau sunatullah?

Bagaimana cara memanfaatkan sinar matahari, air terjun, racun, udara, gas, angin, bulu domba, bisa ular, dan lain sebagainya? Dengan yakin pada takdir, maka manusia dapat mempelajari suatu hukum yang pasti sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.

2. Menghindari Sifat Sombong

Dengan beriman kepada takdir, seseorang yang memperoleh sukses besar, meraih jabatan yang tinggi, menjadi penguasa, atau memiliki harta berlimpah, is tidak akan merasa sombong, melainkan semakin rendah hati karena menyadari bahwa sukses yang diperoleh bukan semata-mata hasil usahanya sendiri, kecuali sudah menjadi ketetapan Allah. Tanpa pertolongan dan ketetapan Allah seseorang tidak akan mampu memperoleh kesuksesan itu sehingga ketika mendapatkannya, is justru menjadi tawadu atau rendah hati menyadari akan kemudahan dan keagungan Allah swt. Firman Allah swt.


Artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah datangnya dan bila kamu ditimpa kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan." (QS An Nahl: 53)

3. Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)

Iman kepada takdir mendidik manusia untuk berbaik sangka pada ketetapan Allah karena apa yang kita inginkan belum tentu berakibat baik, demikian pula sebaliknya.

4. Melatih Kesabaran

Orang beriman pada qada dan qadar akan tetap tabah, sabar, dan tidak mengenal putus asa pada saat mengalami kegagalan karena menyadari bahwa semua sudah ditetapkan oleh Allah.

Akan tetapi, bagi orang yang tidak beriman pada takdir, kegagalan mengakibatkan stres, putus asa, dan kegoncangan jiwa. Firman Allah swt.

Artinya: “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmatAllah, sesungguhnya tidak putus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir." (QS Yusuf: 87)

5. Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut

Iman pada qada dan qadar akan menumbuhkan sifat pemberani. Semangat dan jiwa seseorang akan bangkit karena is tidak memiliki keraguan atau gentar sedikit pun untuk maju. Orang yang beriman itu meyakini bahwa apa pun yang bakal terjadi tidak akan menyimpang dari ketentuan atau takdir Allah. Sejarah Islam telah mencatat bahwa Khalid bin Walid pada setiap peperangan tampil gagah berani tanpa rasa takut sedikit pun. Akan tetapi, Allah tidak menetapkan bahwa ia wafat di medan perang. la senantiasa diselamatkan nyawanya dan selalu dilindungi oleh Allah sehingga ia dapat hidup hingga usia tua. Khalid bin Walid wafat di atas pembaringan meskipun terdapat lebih dari 500 bekas luka dalam peperangan.

E. Perilaku Cerminan Iman Kepada Qada dan Qadar

Beberapa contoh perilaku yang mencerminkan iman kepada qada dan gadar, antara lain sebagai berikut.

1. Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah karena pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal). Apabila kita sulit memahaminya, maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut.

2. Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu.

3. Allah tidak akan menyalami hukum-Nya (sunatullah) sehingga manusia harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan kehidupan manusia.

4. Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata atas usaha kita sendiri.

5. Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.

6. Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dun efisien.

7. Bersyukur apabila memperoleh rezeki apa pun bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah.

Setelah kita mampu memahami akan qada dan qadar yang merupakan salah satu sendi keimanan umat Islam, kita dapat mengambil beberapa hikmah di antaranya sebagai berikut.

1. Allah telah menggariskan hukum-Nya dalam qada dan qadar. Dengan pemahaman yang benar, kita mampu menjadi pribadi yang optimis dengan melakukan doa dan ikhtiar serta tawakal.

2. Dengan memahami qada dan qadar, kita tidak akan memiliki prasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.

3. Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali manusia dengan berbagai perangkat untuk kehidupannya. Bila kita mampu menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal dapat kita raih selama hidup di dunia ini.

4. Menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu memiliki hikmah tersendiri, di antaranya untuk saling mengenal dan bekerja sama.

5. Dengan memahami qada dan qadar, kita dapat menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kekuasaan Allah swt. Oleh karena itu, manusia tidak pantas untuk berperilaku sombong.

6. Manusia berhak memilih untuk melakukan sesuatu. Dengan kesadaran itu, maka konsekuensi yang akan diterima di akhirat kelak baik berupa ganjaran surga dan neraka menjadi niscaya bagi setiap manusia.

7. Keberhasilan atau kesuksesan bukan sebuah khayalan karena bila kita mau berusaha, Allah pasti telah membuka jalan-Nya.

8. Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.

9. Menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu, baik kesenangan maupun kesedihan.

10. Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Oleh karena itu, manusia tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya.