Team The Power Of IT : Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Silahkan Ambil Informasi yang dianggap Anda Penting dan Beritahu kami bila ada sesuatu yang kurang lengkap atau tidak menarik atau kurang Memuaskan (*_*)

Cari

Saturday, November 4, 2017

Rangkuman Materi Pedagogik PLPG

A.      RINGKASAN MATERI
1.    Pengembangan Pendidikan Karakter dan Potensi Peserta Didik     
         Peserta didik ditinjau dari psikologi perkembangan merupakan makhluk yang senantiasa selalu berkembang baik dari jasmani, sosial, intelektual, emosi, moral, yang membentuk keunikan pada setiap orang. Oleh sebab itu seorang guru harus memposisikan peserta didik sebagai subjek pembejalaran bukan objek pembelajaran, peserta didik merupakan individu aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajarannya terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Kompetensi  pedagogik seorang guru menjadi sangat penting karena harus dapat memahami karakteristik peserta didiknya, karena kunci keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ialah ketepatan dalam pemilihan tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan, dan metode yang dirancang untuk menyampaikannya benar-benar sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Berbicara tentang karakteristik peserta didik tidak bisa menggeneralisasikan semua peserta didik memiliki karakter yang sama, karena pada hakikatnya peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda, perbedaan karakteristik peserta didik tersebut dipengaruhi oleh perkembangannya.
Teori perkembangan dapat dibedakan menjadi dua jenis teori perkembangan yaitu teori menyeluruh/global dan teori khusus/spesifik seperti diuraikan dalam nana saodih sukmadinata (2009). Terdapat berbagai pendapat teori perkembangan menurut berbagai ahli diantara :
a.       Teori menyeluruh/global
1)      Rousseau
Menurut Rousseau perkembangan anak terbagi menjadi 4 tahap yaitu : Masa bayi infancy (0-2 tahun) masa perkembangan fisik, Masa anak/childhood (2-12 tahun) masa perkembangan sebagai manusia primitive, Masa remaja awal/pubescene (12-15 tahun) masa pubescene atau masa bertualang, Masa remaja/adolescene (15-25 tahun) masa hidup sebagai manusia beradab.
2)      Stanley Hall
Perintis kajian ilmiah Life Span (siklus hidup) yang memiliki teori bahwa perubahan menuju dewasa terjadi dalam urutan yang universal merupakan bagian dari proses evolusi, paralel dengan perkembangan psikologis, namun faktor lingkungan berpengaruh kepada cepat lambatnya perubahan tersebut.  Stanley Hall membagi masa perkembangan menjadi 4 tahap yaitu : Masa kanak-kanak/infancy (0-4 tahun) masa melata/berjalan, Masa anak/childhood (4-8 tahun) masa pemburu, Masa puber/youth (8-12 tahun) masa makhluk yang belum beradab, Masa remaja/adolescene (12-dewasa) masa manusia beradab.
3)       Havigurst
Havigurst memiliki konsep Developmental Task (tugas perkembangan) menggabungkan antara dorongan tumbuh/berkembang  dengan tantangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya. Tahap perkembangan dibagi menjadi 5 tahap yaitu : Masa bayi/infancy (0-1/2 tahun), Masa anak awal/early childhood (2/3-5/7 tahun), Masa anak/late childhood (5/7 tahun – pubesen), Masa adolescene awal/early adolescene (pubesen – pubertas), Masa adolescane/late adolescene (pubertas – dewasa)
Sesuai dengan Developmental Task yang dikembangkan oleh Havigurst ada 10 tugas yang harus dilaksanakan setiap fasenya yaitu : Ketergantungan – kemandirian, memberi –menerima kasih sayang, hubungan sosial, perkembangan kata hati, peran biososia dan psikologis, penyesuaian dengan perubahan badan, penyesuaian perubahan badan dan motorik, memahami dan mengendalikan lingkungan fisik, pengembangan kemampuan konseptual dan sistem simbol, kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta
b.      Teori khusus/spesifik
1)      Piaget
Kajian Piaget fokus pada aspek perkembangan kognitif anak, yang terbagi menjadi 4 tahap yaitu : Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) masa descriminating dan labeling, tahap praoperasional (2-4 tahun) masa intuitif, tahap operasional konkrit (7-11 tahun) masa performing operation, tahap operasional formal (11-15 tahun) masa proportional thinking.


2)      Kohlberg
Kajian Kohlberg fokus pada kognitif moral (moral reasoning) pada anak, yang terbagai menjadi 3 tahap yaitu :
a)        Preconventional moral reasoning yang terdiri dari Obidience and paunisment orientation (orientasi pada konsekuensi fisik dan perbuatan benar salahnya yaitu hukuman dan  kepatuhan),  Naively egoistic orientation (berorientasi pada instrument relative)
b)        Conventional moral reasoning yang terdiri dari Good boy orientation (berorientasi pada perbuatan yang baik), Authority and social order maintenance orientation (berorientasi pada aturan dan hukuman)
c)        Post conventional moral reasoning yang terdiri dari Contranctual legalistic orientation (berorientasi pada legalitas kontrak sosial), Conscience or principle orientation (berorientasi pada prinsip etika yang bersifat uniersal)
3)      Erikson
Kajian Erikson fokus pada perkembangan psikososial anak. Mengembangkan siklus kehidupan/life circle yang ditandai dengan krisis psikososial tertentu. 


2.    Teori Belajar
 Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap keberlangsungan proses pembelajaran peserta didiknya, guru tidak hanya dituntut bisa menguasai materi dan mengelola kelas saja tetapi guru  juga sebaiknya mampu menguasai teori –teori belajar agar dapat mengarahkan peserta didik berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa dan mencapai pembelajaran optimal.
Pentingnya guru dapat menguasai teori –teori belajar dalam proses pembelajarannya terdapat di Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Teori belajar terbagi menjadi dua aliran, yakni aliran teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar pengetahuan (kognitif).
1.      Teori belajar behavioristik yang mempelajari perkembangan intelektual individu atau hubungan stimulus respon, teori –teori belajar ini dijabarkan menurut berbagai pendapat;
a.    Thorndike berpendapat bahwa belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang dan puas. Pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (koneksionisme).
Thorndike mencetuskan tiga hukum terkait koneksionisme yaitu : 1). Hukum kesiapan (law of rediness), adalah kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. 2). Hukum latihan (law of exercise), adalah keseringan hubungan stimulus respon terjadi akibatnya hubungan semakin kuat atau sebaliknya. 3). Hukum akibat (law of effect), adalah stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan.
                        Thorndike juga mengemukakan lima hukum tambahan yaitu :
1). Hukum reaksi bervariasi meliputi trial dan error menghasilkan respon yang tepat, 2). Hukum sikap meliputi stimulus respon dan keadaan diri 3). hukum aktivitas berat sebelah hanya fokus memberi respon pada stimulus tertentu, 4). Hukum respon analogi meliputi respon yang belum pernah terjadi mengaitkan dengan situasi yang lama telah dialami, 5). Hukum perindahan asosiasi meliputi proses peralihan dari yang dikenal ke situasi yang belum.
Selain itu Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar yang berimplikasi dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari bahwa; untuk menjelaskan suatu konsep, guru sebaiknya mengambil contoh kehidupan sehari-hari, metode pemberian tugas, latihan akan lebih cocok untuk penguatan dan hafalan, Hierarkis penyusunan komposisi materi dalam kurikulum merupakan hal yang penting.
b.    Pavlov mengemukakan teori belajar klasik dimana menggunakan konsep pembiasaan, agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.
c.    Skinner menyatakan bahwa ganjaran dan penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Ganjaran sebagai respon yang mengembirakan dan tingkah laku subjektif sedangakn penguatan merupakan sesuatu yang dapat meningkatnya respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang terukur. Penguatan terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif.
d.   Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru,dan
tingkah laku manusia adalah akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri bukan hanya refleks otomatis atas stimulus. Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsep; Reciprocal determinism atau pendekatan dalam bentuk timbal balik, Beyond reinforcement dimanna orang dapat melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya, Self-Regulation dimana manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri.
2.      Teori belajar kognitif yang mempelajari perkembangan pengetahuan, teori pembelajaran ini dijabarkan menurut berbagai pendapat;
a.     Teori belajar Vygotsky yang menyatakan individu akan menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami masalah atau materi baru.
Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkronstuksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam teori ini yaitu Zone of proximal development merupakan jarak antara tingkat perkembangan actual yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan m,asalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sejawat, dan Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
b.    Teori belajar Van Hiele, dalam pembelajaran terdapat tahap-tahap perkembangan mental dalam anak diantaranya; tahap visualisasi (pengenalan), tahap analisis (deskriptif), tahap deduksi formal (pengurutan atau relasional), tahap deduksi, tahap akurasi,.
c.     Teori belajar Ausubel fokus pada pemberian penekanan pada proses belajar yang bermakna. Teori ini dikenal dengan teori belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Menurutnya belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan dan dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.  Ausubel juga menggunakan prinsip-prinsip dalam teori belajar ; Pengaturan awal, diferensiasi progresif, belajar superordinat, penyesuaian integratif. Untuk menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran Dadang Sulaiman (1988) menyarankan agar menggunakan dua fase yakni fase perencanaan terdiri dari menetapkan tujuan pembelajaran, mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa, membuat struktur materi dan memformulasikan. Sedangkan fase pelaksanaa dalam pembelajaran terdiri dari pengaturan awal, diferensiasi progresif, dan rekonsiliasi integrative.
d.    Teori belajar Bruner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup didalam bahan yang sedang dibicaran, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Bruner mengemukakan empat tema pendidikan yaitu; pentingnya arti struktur pengetahuan, kesiapan, nilai intuisi dan motivasi. Menurutnya dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, proses tersebut yaitu memperoleh informasi baru, transformasi, dan menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner memberikan arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa diantaranya; merencanakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah, urutan pengajaran hendaknya menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik, kemudian simbolik, pada saat siswa memecahkan masalah, guru hendaknya  berperan sebagai pembimbing atau tutor, dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essay.

3.    Model – Model Pembelajaran
     Konsep dasar proses pembelajaran ialah peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses pendidikan.
Proses pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang tertuang dalam permendikbud diatas menggunakan kurikulum 2013, yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan ketarampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
Keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan di setiap satuan pendidikan salah satunya tergantung dari penggunaan model-model pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.
Model – model pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.
a.    Pendekatan saintifik dan metode saintific
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri dari mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating) sebagaimana terdapat dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014.
Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya, proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik, membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, memperoleh hasil belajar yang tinggi, melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah, setrat mengembangkan karakter peserta didik. Pendekatan saintifik dilakukan sejumlah langkah sebagai berikut;
1)        Mengamati, siswa menggunakan panca indera untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari.
2)        Menanya, siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja tidak diketahui atua belum dapat dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati.
3)        Mengumpulkan informasi/mencoba, siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik,
4)        Menalar/mengasosiasi, siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan.
5)        Mengkomunikasikan, siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara lisan dan atau tertulis atau melalui media lain.
b.    Pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan menyelesaikan masalah, ketrampilan sosial, ketrampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Prinsip-prinsip PBM diantaranya adalah penggunaan masalah nyata, berpusat pada peserta didik, guru berperan sebagai fasilitator, kolaborasi antarpeserta didik, sesuai denagn paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.
Langkah-langkah dalam metode ini yaitu klarifikasi permasalahan, brainstorming, pengumpulan informasi dan data, berbagai informasi dan berdiskusi untuk menemukan solusi penyelesaikan masalah, presentasi hasil penyelesaikan masalah, refleksi.
c.    Pembelajaran  berbasis projek (Project-based learning)
PBP adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengasn menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai denagn mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi dan lain-lain.
Tujuan PBP adalah  memperoleh pengatahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek, membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang komplek dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa, mengembanmgkan dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk mennyelesaikan tugas/projek, meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.
Prnsip-prinsip PBP yaitu pembelajaran berpusat pada pesrta didik, tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian, tema atau topikyang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar, penyelidikan dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata, pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka  dan tugas mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru.ngan langkah-langkah  penyelesaikan projek.
Langkah-langkah PBP yaitu penentuan projek, peranccangan langkah-langkah penyelesaian projek, penyusunan jadwal pelaksanaan projek, penyelesaian projek dengan fasilotasi dan monitoring guru, penyusunan laporan dan presentasi/publikasi, hasil projek, evaluasi proses dan hasil projek.
d.   Pembelajarn Inquiry/ Discovery
Inquiry/discovery merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukan sekadar sekumpulan fakta  hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan atau mengkonstruksi. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses fasiloitasi kegiatan penemuan agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui penemuannya sendiri.
Tujuan pertama Inquiry/Discovery Learning adalah peserta didik mampu merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa dsb. Dengan kata lain bertujuan untuk membantu siswa berpikir secara analitis. Tujuan kedua adalah untuk mendorong siswa agar semakin berani dan kreatif berimajinasi. Langkah-langkah dalam metode ini yaitu merumuskan pertanyaan, merencanakan, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, aplikasi dan tindak lanjut.


4.    Evaluasi Hasil Belajar
     Penilaian ialah proses mengumpulkan informasi/ bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran (Permendikbud No. 81A tahun 2013). Disamping itu penilaian merupakan pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud No. 23 Tahun 2016).
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendiddik, adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaiaan pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang  dilakukan unyuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar sebagaimana tertulis dalam Pasal 1 Permendikbud No. 53 Tahun 2015. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
a.    Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar
Fungsi penilaian hasil belajar yaitu untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaiaan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi, menetapkan program perbaikan dan memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan fungsinya penilaian hasil belajar meliputi formatif yaitu penilaian selama satu semester dan sumatif yaitu penilaian akhir semester.
b.    Cakupan Aspek Penilaian oleh pendidik
1)        Sikap, dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Sikap spiritual meliputi keimanan dan ketakwaan, sedangkan sikap sosial meliputi kejujuran, kedisiplinan, kesantunan, kepercaya dirian, kepedulian, kerjasama, gotong royong dan rasa tanggung jawab.
2)        Pengetahuan, dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan kecakapan berfikir siswa dalam dimensi pengetahuan faktual, konseptual, procedural, maupun metakognitif. Penilaian harus mencakup semua dimensi pengetahuan dengan seluruh tingkatan kecakapan berfikir tersebut sesuai dengan tuntutan indikator pencapaian kompetensi.
3)        Keterampilan, adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian ini dapat dilakukan dalam bentuk praktik, produk, proyek, dan portofolio.
c.    Pendekatan penilaiaan dilakukan menggunakan tiga pendekatan yaitu assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
d.   Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip diantaranya sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan criteria dan akuntabel.
e.    Teknik penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat menggunakan instrument berupa tes, pengamatan,penugasan perseorangan, atau kelompok dan bentuk lain yang relevan dengan karekteristik dan perkembangan peserta didik. Teknik penilaian sikap dapat dilakukan dengan cara observasi, penilaian diri dan antar teman, hasil penilaian sikap disampaikan dalam bentuk predikat atau deskripsi. Teknik penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan, hasil penilaian pengetahuan berupa angka dan atau deskripsi. Teknik penilaaian keterampilan dapat dilakukan dengan praktik, produk, proyek, dan portofolio, hasil penilaian keterampilan dalam bentuk angka dan atau deskripsi.
f.     Prosedur penilaiaan mencakup penyusunan rencana penilaian, pelaksanaan penilaian, dan pengolahan analaisis dan interpretasi hasil penilaiaan.
g.    Pelaporan, dan pemanfaatan hasil penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian.

B.       MATERI YANG SULIT DIPAHAMI
Materi yang sulit dipahami adalah penilaian hasil belajar, karena memiliki domain yang sangat banyak dari mulai aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan sehingga harus berfikir ekstra keras dalam mencerna dan memahaminya, apalagi  cakupan keter-ukurannya memiliki cakupan yang luas dan harus disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, belum lagi dengan banyaknya instrumen penilaian yang setiap tahun selalu berubah.

C.      MATERI ESENSIAL APA SAJA YANG TIDAK ADA DALAM  SUMBER BELAJAR
Materi esensial yang tidak ada dalam sumber belajar yaitu pada bagian Penilaian Hasil Belajar tidak adanya contoh format penilaian atau rincian pengolahan penilaian hasil belajar baik itu penilaian Sikap, Pengetahuan maupun Keterampilan.

D.      MATERI APA SAJA YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER BELAJAR.

Tidak ada materi yang tidak esensial dalam sumber belajar.

Rangkuman Pedagogik PLPG Media Pembelajaran

a.       Pegertian Media Pembelajaran
Media dapat diartikan sebagai alat fisik komunikasi yang berfungsi menyampaikan informasi (pengetahuan) dari sumber ke penerima informasi. Adapun media pembelajaran merupakan alat atau perantara untuk memfasilitasi komunikasi dari sumber belajar ke siswa dan mendukung proses belajar guna mencapai tujuan belajar.
b.      Macam – Macam Media Pembelajaran
Menurut bentuknya, media yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran secara umum dibedakan menjadi media cetak, noncetak dan media audio, nonaudio sedangkan secara lebih spesifik, media dapat berupa antara lain teks, audio, visual, media bergerak, obyek/media yang dapat dimanipulasi (media manipulatif), dan manusia.
Adapun menurut fungsinya, Suherman, et al. (2001: 200) mengelompokkan media menjadi dua bagian yaitu: pembawa informasi (ilmu pengetahuan), alat untuk menanamkan konsep.
c.       Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan istilah dari Bahasa Indonesia yang terdiri dua kata yaitu “alat” dan “peraga” sehingga secara harfiah alat peraga adalah alat yang digunakan untuk memperagakan. Dalam konteks pembelajaran matematika, alat peraga matematika adalah alat yang memperagakan konsep dan prinsip matematika. Maksud dari “memperagakan” dalam konteks ini adalah menjadikan konsep dan prinsip matematika jelas secara visual, atau konkrit (dapat disentuh), atau bekerja pada suatu konteks.
Alat peraga manipulatif/hands-onmaterials” adalah media berupa benda nyata tiga dimensi yang dapat menggambarkan secara konkret suatu obyek, ide, model, atau konsep abstrak dan memungkinkan untuk digerakkan atau dimanipulasi secara fisik dalam kaitannya dengan pembentukan konsep bagi penggunanya, dalam hal ini siswa.
d.      Fungsi Media
Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi atau pesan dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi atau pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Fungsi Media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985) adalah : Memotivasi, Menyajikan Informasi , Memberikan Instruksi.
e.       Pola dan Strategi Pemanfaatan Media Pembelajaran
Model perencanaan pemanfaatan media yang efektif/ASSURE, menurut Heinich, dan kawan-kawan (1982) adalah : Analyze Learner Characteristics adalah Menganalisa karakteristik pebelajar, State Objective  adalah Merumuskan tujuan pembelajaran,  Select, Modify, or Design Materials adlah Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat, Utilize Materials adalah Menggunakan materi dan media, Require Learner Respon adalah Meminta tanggapan siswa, Evaluate adalah mengevaluasi proses belajar.
Manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses pemebelajaran adalah memperjelas penyajian pesan dan informasi, mengarahkan dan meningkatkan perhatian anak, mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa.
Pemanfaatan media Pembelajaran pada saat kegiatan pembelajaran oleh guru pada situasi sebagai berikut : Bahan ajar yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa, Terbatasnya, sumber pembelajaran, Guru kurang bergairah dalam menjelaskan bahan ajar melalui verbal akibat terlalu lelah, Perhatian siswa terhadap pembelajaran berkurang
f.       Pengembangan Media Sederhana
Media sederhana adalah berbagai media visual yang tidak diproyeksikan seperti gambar, ilustrasi, poster, bagan, diagram, grafik, peta, sketsa, dll
Prinsip mendisain suatu media sederhana menurut Kemp (1980), adalah Kesederhanaan (simplycity), Kesatuan (unity), Penekanan (emphasis), Keseimbangan (balance)
g.      Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media, menurut Gagne, dkk (1988) perlu mempertimbangkan sebagai berikut : Variabel Tugas, Variabel Siswa, Lingkungan Belajar, Lingkungan, Pengembangan , Ekonomi dan Budaya, Faktor-Faktor Praktis. Sedangkan Pertimbangan yang lebih singkat dalam pemilihan media adalah Tujuan yang ingin dicapai, Kesesuaian media dengan materi Ajar, Karakteristik Siswa, Gaya belajar siswa, Kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran adalah : Guru, perlu memiliki pemahaman terhadap media pembelajaran antara lain jenis dan manfaat media pembelajaran, criteria memilih dan menggunakan media pembelajaran, Guru harus terampil membuat media pembelajaran sederhana untuk keperluan pembelajaran, Guru harus mampu menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pembelajaran. 

Thursday, November 2, 2017

Makalah Media Pembelajaran (Mata Kul. Media Pengajaran,


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara rasional.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi yang akan datang dapat dibentuk melalui pendidikan yang sedang kita lakukan sekarang, artinya bahwa pendidikan harus dapat menyiapkan dan menjawab tantangan dan kebutuhan di masa yang akan datang.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan semakain banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara maju, media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Waktu terpanjang yang paling berpengaruh itu adalah waktu yang digunakan di dunia pendidikan khususnya untuk sekolah. (Miarso, 1989).
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendukung keberhasilan proses belajar mengajar itu.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah media pembelajaran juga agar Bapak/Ibu Guru maupun Calon Guru seperti layaknya tim penyusun makalah dapat menerapkan berbagai macam media pembelajaran agar kompetensi yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
C. METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang kami tim punyusun ketahui, penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan guna mencari bahan dan materi makalah tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Kami menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data–data tentang topik ataupun materi yang kami gunakan untuk makalah ini.
D. RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami tim penyusun miliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahasa dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah media pembelajaran yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan pengertian media pembelajaran, fungsi dan manfaat media pembelajaran, pengenalan beberapa media pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dan penggunaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’ dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6).
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3).
Menurut Marshall Mcluhan, Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana.
Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya.
Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik motivasi dan minat siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sedangkan menurut para pakar bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer (Gagne dan Briggs: 1975).
Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
B. FUNGSI DAN MENFAAT MEDIA PEMBELAJARAN
1. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
a. Fungsi atensi Media dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna yang ditampilkan dalam materi pelajaran.
b. Fungsi afektif Fungsi media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa/mahasiswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
c. Fungsi kognitif Media dapat mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca, untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
e. Fungsi Psikomotoris Fungsi ini diberikan dengan maksud untuk menggerakkan siswa melakukan suatu kegiatan, terutama yang berkenaan dengan hafalan-hafalan.
f. Fungsi Evaluasi Fungsi evaluasi dimaksudkan agar segala kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanaka dapat dilakukan penilaian kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran ialah dapat dikatakan untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih optimal, efektif, dan efisien baik dari segi teroritis maupun praktikum yang pada akhirnya teraplikasi dalam tindakan.
Sedangkan secara lebih spesifikasi manfaat media pembelajaran yang telah terakumulasi dari beberapa pendapat pakar adalah :
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain sebagainya.
C. PENGENALAN BEBERAPA MEDIA PEMBELAJARAN
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain :
1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a. Gambar atau Foto Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/foto merupakan bahasa yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana.
b. Sketsa Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, maka setiap guru yang baik dapatlah menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak perlu dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru.
c. Diagram Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. Diagram pada umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyaderhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
d. Bagan/Chart Sepeti halnya media grafis yang lain, bagan atau carta termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu persentasi. Pesan yang akan disampaikan biasanya burupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting.
e. Grafik (Graphs) Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya sering kali simbol-simbol verbal digunakan pada grafik. Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prisip-prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif.
2. Teks
Media ini membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi.
3. Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi obyek-obyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret. Conto dari media audio ialah radio dan tape recorder.
4. Animasi
Media Animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak di mana pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut. Namun media Animasi menyediakan suatu tiruan yang bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal untuk mendapatkannya atau berbahaya dan berbagai macam kendala lainnya.
5. Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene to scene (per adegan). Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Pengelompokkan media yang banyak dianut oleh para pengelolah pendidikan adalah seperti yang disampaikan oleh Kemp dan Dayton (1985). Oleh mereka, Media Pembelajaran dikelompokkan menjadi 10 kelompok yaitu:
a. Cetak
b. Audio
c. Audio-Cetak
d. Proyeksi Visual Diam (OverHead Transparan/OHT)
e. Proyeksi Visual Diam Dengan Audio
f. Visual Gerak
g. Visual Gerak Dengan Audio
h. Benda
i. Manusia Dan Sumber Lingkungan
j. Komputer
D. PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media Jadi dan Media Rancangan
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media ini mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya.Sebaliknya mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian validisasi prototipnya. Kekurangan dari media jadi ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat.
2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah:
a. Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media
b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi
c. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, dan
d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bias dilakukannya, misalnya untuk menarik menarik minat atau gairah belajar siswa.
Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Mc.Conel (1974) mengatakan bila media itu sesuai pakailah, “If The Medium Fits, Use it!”.
3. Kriteria Pemilihan
Profesor Ely dalam kuliahnya di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang tahun1982 mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan.Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
Dalam hubungan ini Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media. Pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Kedua adalah apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Pada saat pembelajaran, pernahkah Anda mengalami permasalahan bahwa ternyata media yang Anda gunakan kurang tepat? dalam kata lain hasil belajar siswa tidak meningkat, siswa tidak tertarik dengan media yang kita sajikan, atau siswa malah bingung dan tidak meningkat motivasi belajarnya, padahal kita sudah bekerja keras untuk membuat media tersebut. Atau Anda pernah merasa bingung untuk menentukan media apa yang harus Anda pilih untuk materi pembelajaran yang sudah Anda siapkan?. Permasalahan tersebut mungkin saja sering dialami guru karena banyaknya jenis media pembelajaran atau ingin memilih media pembelajaran yang lebih efisien namun hasilnya memuaskan. Hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
E. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas pengunaan alat bantu atau media dalam proses belajar mengajar di kelas, terutama dalam hal pengingkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien.
Sasaran dari penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi yang lain yang berguna dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan kepada mereka.
Tiga kemungkinan yang terjadi dalam pengevaluasian dari penggunaan media pembelajaran, yaitu :
1. Apabila media yang digunakan terdapat sesuatu kekurangan maka kemungkinan media tersebut akan dimodifikasi.
2. Apabila media yang digunakan sama sekali tidak menghasilkan tujuan dari apa yang diinginkan, maka akan dilakukan perombakan total terhadap penggunaan media tersebut.
3. Apabila media yang dipergunakan telah mencapai tujuan yang diinginkan maka media tersebut dianggap baik dan dapat dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media.
Media mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih menarik, tidak hanya monoton, siswa tidak hanya diajak untuk berhayal dan membayangkan saja tetapi siswa dapat melihat kenyataan walaupun hanya melalui gambar ataupun video.
B. Saran
Sebaiknya bagi seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih meningkat. Sehingga sasaran dan target dari kebijakan pendidikan dapat tercapai dan dapat diwujudkan seperti yang diamanatkan dalam Tujuan Pendidikan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/suediahmad/pemanfaatan-media-pembelajaran.html http://ictcommunity.multiply.com/journal/item/17/PEMANFAATAN_MEDIA_BERBASIS_ICT_TERHADAP_PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH.html http://mfadil.blog.unje.ac.id/pemanfaatan-media-pembelajaran.html http://math04-uinmks.blogspot.com/2008/jenis-jenis-media-pembelajara.html http://terdidik.com/2009/10/26/arti-fungsi-media-pendidikan.html http://m.kompasiana.com/?act=r&id=39621 http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
AECT.”The Definition of Educational Technology “,1977.Edisi Indonesia diterbitkan CV Rajawali dengan judul Defenisi Teknologi Pendidikan.( SERI PUSTAKA TEKNOLOGI PENDIDIKAN NO.7)
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada