BAB I
PENDAHULUAN
(Fery Anggriawan)
A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan oleh Allah diberi kelebihan yang sangat dominan dibanding dengan mahluq lainnya, yaitu kelebihan berupa akal yang membedakan manusia dengan mahluq lainnya. Namun perlu digaris bawahi, disamping Allah memberikan kelebihan kepada manusia, manusia juga mengemban tugas yang sangat berat, yaitu menjadi pemimpin di bumi. Diharapkan dengan akal, manusia dapat bijaksana dalam menyelesaikan berbagai urusan, dan dapat memilah dan memilih mana hal yang hak dan mana yang bathil. Namun kelebihan akal tersebut tidak aka ada gunanya bila digunakan untuk kemaksiatan dan kerusakan, oleh karena itu untuk membentengi hal tersebut perlu dilandasi adanya ilmu. Dengan ilmu kita akan lebih dekat menuju jalan ke surga, dan dengan ilmu pula manusia akan selamat.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Hadits Tarbawi juga agar Bapak/Ibu Guru maupun Calon Guru seperti layaknya penulis makalah mendapat informasi mengenai Pentingnya Ilmu.
C. METODE PENULISAN
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan makalah ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
D. RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kamitim penyusun miliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Hadits Tarbawi yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan keutamaan ilmu, belajar suatu kewajiban dan motivasi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEUTAMAAN ILMU
1. AL-QUR’AN
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah :11)
รด
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Al-Zumar : 9)
2. HADITS
a. Perumpamaan Ilmu dan Hidayah
“Perumpamaan hidayah dan ilmu yang Allah utus aku dengannya bagaikan air hujan yang deras yang menimpa tanah, diantara tanah tersebut ada yang subur dapat menerima air dan menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang banyak. Diantara tanah tersebut ada yang keras hanya dapat menahan air, maka Allah memberi manfaat dengannya kepada manusia sehingga mereka dapat minum dan mengairi ladang. Dan ada tanah lain yang tertimpa hujan, sebuah tanah yang tandus yang tidak dapat menahan air tidak juga menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan yang yang faqih di dalam agama Allah dan bermanfaat baginya apa yang Allah utus (berupa ilmu dan hidayah), maka iapun berilmu dan mengajarkan ilmunya, dan (tanah kedua adalah) perumpamaan orang yang tidak mengamalkan ilmu dan (tanah ketiga adalah perumpamaan orang yang) tidak mau menerima hidayah Allah yang aku bawa.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kandungan Hadits
Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membagi manusia menjadi tiga kelompok, kelompok pertama adalah orang yang menerima ilmu dan mampu mengeluarkan hukum-hukum fiqih yang banyak, sedangkan kelompok yang kedua hanya sebatas menerima dan menghafal ilmu namun ia kurang faqih dalam memahaminya. Adapun kelompok yang ketiga adalah orang yang tidak menerima ilmu tidak juga memahaminya, ia adalah seburuk-buruk kedudukan. (Bukhari no 79, dan Muslim 4/1787 no 2282.)
b. Kemudahan jalan menuju surga bagi penuntut ilmu
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (H.R Muslim)
Kandungan Hadits
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik. Perlu diketahui sebelumnya kata Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu agama islamberdasar al-qur'an dan as-sunnah. “Menempuh Jalan” disini mencakup:
1) Jalan secara indrawi, yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.
Dan termasuk hal ini adalah rihlah (mengadakan perjalanan) dalam rangka mencari ilmu yaitu seseorang yang rihlah dari negerinya ke negeri lain untuk mencari ilmu, maka hal ini adalah termasuk menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu.
Sungguh Jabir bin Abdillah Al Anshori radhiallahu ‘anhu, seorang shahabat Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam mengadakan rihlah untuk mendapatkan satu hadits selama perjalanan sebulan di atas onta, beliau menempuh perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain selama sebulan untuk mendapatkan satu hadits, yang diriwayatkan Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad No. 746.
2) Jalan yang bersifat maknawi, yaitu mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan kitab-kitab.
Maka orang yang menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan mendapatkan hukum permasalahan syari’at walaupun dia duduk diatas kursinya maka ia telah menempuh satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk dihadapan seorang syaikh (ahlul ilmi) dia belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu walaupun ia duduk.
Barangsiapa menempuh jalan tersebut maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, karena dengan ilmu syar’i engkau akan mengerti hukum-hukum Allah Subhanahu wa ta’ala. Engkau mengetahui syari’at Allah, apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya, sehingga engkau ditunjuki ke jalan yang Allah Azza wa Jalla ridhoi dan menghantarkan engkau ke jannah. Manakala bertambah semangat dalam menempuh jalan yang mengantarkan kepada ilmu maka bertambah pula kemudahan jalan yang mengantarkanmu ke surga.
Dalam hadits ini terdapat dorongan semangat untuk “tholabul ilmi” (mencari ilmu) tanpa diragukan oleh seorangpun. Maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk segera mempergunakan kesempatan. Terlebih bagi pemuda yang dia lebih mampu menghafal dengan cepat, lebih kuat melekat pada pikirannya, maka sudah sepantasnya untuk bersegera menggunakan waktu dan umurnya sebelum datang masa-masa yang menyibukkan dirinya.
[Dinukil dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Bagian Kitabul Ilmi Hadits ke 1389, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, cetakan Darul Atsar (3/424-426), diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Rifa'i]
c. Penuntut Ilmu adalah Mujahid dijalan Allah
Dari Abu Hurairah berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘orang yang datang ke mesjidku ini tidak lain kecuali karena kebaikan yang dipelajarinya atau diajarkannya, maka ia sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Siapa yang datang bukan karena itu, maka sama dengan orang yang sedang wisata melihat kesenangan lainnya.”
Kandungan Hadits
Dalam riwayat di atas, Rasul Saw. mengemukakan bahwa orang yang datang ke mesjid Nabi Saw. untuk mempelajari atau menuntut ilmu diposisikan pada posisi orang yang berjihad di jalan Allah. Ada sebuah riwayat lain yang menyatakan bahwa orang yang menuntut ilmu berada di jalan Allah hingga ia kembali. Dapat dikatakan bahwa Rasul Saw. memberikan motivasi kepada setiap muslim untuk selalu mencari ilmu dengan berbagai cara.
B. BELAJAR SUATU KEWAJIBAN
1. AYAT AL-QUR’AN
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(QS. Al-Taubah : 122)
2. HADITS
a. Hadits Perintah nabi untuk Mengajar
Dari Ibnu Abdullah Ibn Amru Ibn al-‘Ash r.a , sesungguhnya Nabi Muhammad S.A.W bersabda : “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat!, dan ceritakan dari bani israil, tidak perlu takut ! dan barang siapa berbohong atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia bersiap mengambil tempat duduknya di neraka!” (H.R. al Bukhari)
Kandungan Hadits
Nabi Muhammad SAW, menganjurkan kepada kita supaya mengajarkan ilmu yang kita miliki walau sedikit, walau satu ayat, dan kita tidak diperbolehkan berbohong dalam menyampaikan ilmu yang kita miliki dan mengatasnamakan Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits mencari ilmu adalah wajib bagi setiap orang muslim
Dari Anas ibn Malik r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”
(HR. Ibn Majah)
Kandungan Hadits
1) Setiap orang Islam wajib menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua ataupun anak muda.
2) Ilmu yang harus dituntut adalah semua ilmu yang berguna, yang mengajarkan kebaikan, baik itu ilmu-ilmu agama atau ilmu pengetahuan umum.
3) Orang Islam harus menjadi orang pandai, bukan orang yang bodoh.
4) Dengan ilmu orang akan mampu meraih cita-citanya, baik di dunia sampai di akhirat.
C. MOTIVASI BELAJAR
1. AL-QUR’AN
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
2. HADITS
a. Hadits Sesuatu itu tergantung dengan niatnya
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).
Catatan:
1) Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu bagian dari ketiga unsur tersebut.
Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata,"Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata," Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
2) Sebab dituturkannya hadits ini, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
3) Makna kata "Hijrah" secara bahasa: meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya: meninggalkan negeri kafir menuju negeri Islam dengan maksud bisa melakukan ajaran agamanya dengan tenang. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Mekkah ke Madinah sebelum Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).
Kandungan Hadist
1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.
3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.
4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhaan Allah maka dia akan bernilai ibadah.
6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
7. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
b. Hadits Ancaman Allah bagi siapapun yang mencari ilmu dengan niat selain Allah
“Janganlah engkau mempelajari ilmu pengetahuan itu untuk berbangga-bangga (dengan title dan gelar) dan untuk menyombongkan diri sesama kolega dan kawan-kawan yang berilmu, atau mencari ilmu untuk dapat berdebat dan bertengkar dengan orang-orang yang bodoh, atau kamu belajar untuk menarik perhatian orang lain. Siapa yang berbuat demikian, maka dia akan masuk ke dalam neraka”. ( Hadis sahih / Ibnu Majah ).
c. Hadits Penuntut ilmu dengan niat untuk memperoleh harta, tidak akan bisa mencium bau harumnya surge
“Siapa saja yang menuntut ilmu diantara ilmu pengetahuan dengan niat untuk mendapatkan kekayaan dan harta benda dunia, maka orang itu tidak akan dapat mencium aroma surga”
(Hadis hasan, Riwayat Abu Daud )
Kandungan Hadits
Dalam melakukan sesuatu kita harus memperhatikan niatnya dalam mencari ilmu, apakah untuk kemegahan dunia atau untuk mencari keridhaan Allah. Umat Islam sepatutnya belajar karena perintah Allah, dan untuk menjadi khalifah Allah, sebagai manifestasi dari ibadah kepadaNya.
Niat mencari ilmu sebagai ibadah inilah merupakan kunci kejayaan umat Islam di masa lalu, sehingga mereka dapat mencapai zaman keemasan seperti terbukti dalam sejarah Islam.
Keikhlasan seorang guru dalam menyampaikan ilmunya, keikhlasan seorang pelajar dalam mencari ilmu, dan keikhlasan seorang ayah dan ibu dalam menyekolahkan anak-anaknya.
Guru mengajar karena Allah, sebagai bukti pengabdian kepada Allah.
Murid, pelajar, mahasiswa belajar menuntut ilmu karena perintah Allah dan sebagai amanah untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi.
Orangtua menyekolahkan anak nya dari TK sampai sarjana bukan dengan tujuan biar si anak nanti menjadi politis, menteri dan lain sebagainya, tetapi semata-mata merupakan ibadah kepada Allah, menjalankan tanggung jawab sebagai orangtua yang berkewajiban memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya, sebab anak adalah penerus hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
BAB III
PENTUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah kami uraikan tentang pentingnya ilmu , secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pentingnya manusia menguasai ilmu, karena dengan ilmu maka manusia akan ditinggikan derajatnya, disamping itu membuka jalan menuju surga.
2. Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim tanpa terkecuali.
3. Dalam niat mencari ilmu kita harus lurus karena Allah bukan karena yang lain. Sehingga akan mendapat ridho dari Allah, bukan mendapat neraka Allah.
B. SARAN – SARAN
Setelah membaca dan menguraikan tentang makalah ini, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Penulis perlu menggali kembali mengenai pentingnya ilmu pengetahuan.
2. Perlunya mengaplikasikan ilmu yang kita miliki ke dalam dunia nyata, sehingga diharapkan akan berguna bagi orang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
http://pustakakeluargamuslim.blogspot.com/2010/05/niat-mencari-ilmu.html
http://aliph.wordpress.com/2007/01/31/adab-adab-menuntut-ilmu/
No comments:
Post a Comment
design by The Power Of IT